Jangan Takut Memulai Usaha Berbeda



Selain namanya kian tidak asing di telinga publik Indonesia, sederet penghargaan dan apresiasi juga menghampiri bapak dua anak yang aktif di organisasi Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia dan Asia 21 ini, seperti ‘’Orang Indonesia Terkaya’’ versi Majalah GLOBEAsia dan ‘’Entrepreneur of The Year’’ dari Enterprise Asia pada 2008. Kepada market+ , Wakil Ketua Umum KADIN Bidang UMKM dan Koperasi ini berbagi tentang pengalaman dan isi pikirannya untuk dunia wirausaha di Indonesia yang lebih baik. Berikut petikannya:

Bisa dijelaskan latar belakang Anda terjun di dunia usaha dan menjadi entrepreneur ?

Saya kerap menyebut diri saya sebagai ‘’pengusaha kecelakaan’’ karena sejak kecil tidak pernah berniat menjadi pengusaha. Dari kecil sebenarnya orangtua saya menyiapkan anak-anaknya menjadi profesional yang bekerja di perusahaan besar dan sukses di puncak karier. Namun krisis moneter tahun 1997 mengubah semuanya. Ketika krisis terjadi, saya harus rela kehilangan pekerjaan. Perusahaan tempat saya bekerja saat itu turut terkena imbas krisis moneter. Semua uang yang saya investasikan juga raib. Mau tidak mau, saya harus pulang ke Indonesia dan kembali menerima bantuan orangtua. Saat itu merupakan masa terberat karena saya juga baru memiliki tanggungan anak. Dengan modal nekat saya mengubah mindset dan mencoba untuk membuka usaha sendiri. Dari situ saya mulai merintis ’’hidup baru’’, sehingga bisa menjadi seperti sekarang.

Melalui fase yang berat itu jelas butuh passion. Tak hanya dari diri Anda sendiri,tetapi juga oleh pengaruh orangtua dan keluarga. Seperti apa?

Pengaruh mereka sangat luar biasa sebagai orangtua. Tidak dapat dipungkiri,berkat jaringan ibu saya, saya mendapatkan banyak peluang usaha. Tetapi saya tak pernah merasa jika kesepakatan bisnis yang saya peroleh itu disebabkan faktor relasi kedua orangtua saya. Relasi hanya bisa membukakanpintu. Untuk langkah selanjutnya, tentu saya harus berjuang sendiri.

Adakah kejadian yang selalu Anda kenang?

Sejatinya tidak ada kesuksesan tanpa ada kegagalan. Orang yang pernah melewati lowest point berarti pernah menerima kegagalan dan kegagalan itu teramat penting karena cara merespons, berpikir, bertindak, dan menyikapi kegagalan itulah yang sebenarnya akan mengantarkan kita mencapai puncak kesuksesan. Kejadian yang masih terbayang dan akan selalu terkenang adalah ketika saya di-PHK pada krisis moneter sekitar 14 tahun silam dan harus pulang ke Indonesia, memulai hidup dari nol.

Saat itu Anda merasa di lowest point. Apa yang kemudian memotivasi Anda sebagai turning point, sehingga Anda harus bisa menjadi sukses?

Think out of the box! Krisis membuka pikiran saya bahwa selalu ada celah positif dalam setiap gejolak. Krisis ekonomi dan kehilangan pekerjaan (kegagalan) bukanlah akhir dari segalanya, tapi justru langkah awal saya memulai sukses.


Klik ini untuk berbagi di Facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar